Teori Budaya

 TEORI BUDAYA




ABSTRAK


       Penulisan makalah ini bertujuan untuk memaparkan tentang teori budaya. Adapun yang menjadi latar belakang penulisan ini masih banyak ditemui masyarakat khususnya para remaja yang belum mengetahui teori budaya yang berlaku. Meskipun Pemerintah RI telah mencanangkan sebuah gebrakan Indonesia wajib membaca yang diaplikasikan dengan peningkatan minat baca bagi semua kalangan, tetapi tetap saja banyak dijumpai masyarakat yang kurang paham akan kebudayaannya sendiri.

    Teori budaya merupakan cabang antropologi komparatif dan semiotika yang berupaya mendefinisikan konsep heuristik budaya dalam istilah operasional dan / atau ilmiah. Di perguruan tinggi, khususnya jenjang sarjana, mahasiswa dilatih untuk mengenali teori budaya secara mendalam untuk mengembangkan potensi kreatif yang ada di dalam dirinya masing-masing.


KATA PENGANTAR


        Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah memberikan kesempatan bagi saya Toyar Vahir untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah- Nya lah saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Teori Budaya” dengan tepat waktu. Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Bapak Ely Sapto Utomo pada mata kuliah Ilmu Budaya. Selain itu, saya juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang teori budaya yang berlaku dalam masyarakat.

        Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Bapak Ely Sapto Utomo pada mata kuliah Ilmu Budaya. Selain itu, saya juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang teori budaya yang berlaku dalam masyarakat.

        Kami berterima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Ely Sapto Utomo selaku dosen pembimbing. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang kami tekuni. Tak lupa saya turut berterima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.

        Tak ada gading yang tak retak, begitu halnya dengan makalah ini. Saya menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya terima demi kesempurnaan makalah ini.


PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

    Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

    Masyarakat memiliki berbagai macam budaya. Salah satunya yaitu adat. Indonesia memiliki adat dan kebiasaan yaitu sopan santun terhadap orang tua. Di Indonesia, jika ingin memberi sesuatu kepada orang lain harus menggunakan tangan kanan, tetapi di Amerika malah sebaliknya. Disana jika ingin memberi sesuatu kepada orang lain, sebagian besar mereka cenderung menggunakan tangan kiri. Disinilah kita temukan bahwa begitu beragamnya budaya antar negara.

       Dewasa ini banyak masyarakat dari berbagai kalangan yang masih belum memahami konsep dan teori kebudayaan dengan baik dan benar. Karena kita sebagai warga negara yang baik, sudah sepatutnya mengerti tentang kebudayaan kita sendiri. Nampaknya masih banyak orang yang enggan berlaku demikian, sehingga seringkali kita menemui masyarakat yang dengan bangganya memamerkan budaya asing yang bertentangan dengan budaya asli Indonesia.

    Oleh karena itu saya menulis makalah ini semata-mata untuk memberi informasi tentang teori budaya supaya masyarakat dapat lebih memahami dan mencintai budayanya sendiri daripada budaya asing.


B. Rumusan Masalah

Apa yang dimaksud dengan teori budaya?
Siapa saja yang mengemukakan teori budaya?
Apa saja yang termasuk teori budaya?


C. Tujuan Penulisan

        Berdasarkan rumusan masalah di atas, makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengertian teori budaya serta memberi petunjuk bagaimana mempertahankan budaya lokal agar tidak tergusur oleh budaya asing.


PEMBAHASAN


A. Teori-Teori Budaya

    Kebudayaan Indonesia walau beraneka ragam, namun pada dasarnya terbenuk dan dipengaruhi oleh kebudayaan besar lainnya seperti kebudayaan Eropa, Tionghoa, India, Arab dan lain sebagainya. Kata Kebudayaan, berasal dari kata Sanskerta buddhayah, bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “kekal”.


    Menurut Bakker kata kebudayaan dari “Abhyudaya”, Sansekerta Kata “Abhyudaya” menurut Sanskrit Dictionary (Macdonell, 1954): Hasil baik, kemajuan, kemakmuran yang serba Iengkap.


    Menurut Koentjaraningrat (2000:181) kebudayaan dengan kata dasar budaya berasal dari bahasa sangsakerta ”buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Jadi Koentjaraningrat, mendefinisikan budaya sebagai “daya budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa dan rasa itu.


1. Teori Evolusi


    Teori Evolusi dapat dikatakan sebagai induk sebagai induk dari semua teori dalam antropologi. Secara tidak disadari baik emplisit maupun eksplisit pemikiran evolusionisme mempengarihi cara berfikir banyak ahli. Ada dua situasi penting yang melatarbelakangi tulisan – tulisan para evolusionis pada abad ke-19 yaitu pergulatan kamum evolusionis untuk menegakkan suatu telaah naturalistik mengenai fenomena kultural, yang oleh Tylor disenut sebagai ilmu budaya.


    Cara utama yang diharapkan evolusionis yaitu untuk menegakkan suatu ilmu yang menunjukkan dengan sejelas – jelasnya bahwa budaya telah berkembang setapak demi setapak dalam langkah-langkah alami

  1. Dalam bidang ilmu sosial paham evolusionisme diawali oleh pemikiran E.B Taylor (1832-1917), yang menjelaskan persamaan yang terjadi pada berbagai bangsa yang berbeda, Taylor berpendapat bahwa manusia memiliki kesatuan jiwa yang sama diantara semua umat manusia sehingga menemukan pemecahan yang sama terhadap persoalan yang sama sehingga mengalami pekembangan sejarah evolusi yang sama.
  2. Menurut Morgan perkembangan evolusi dibagi menjadi dua

  • Evolusi Unilinier : Evolusi yang terjadi melalui satu garis yang dominan.Masyarakat akan berkembang mengikuti tahap – tahap yang sama.
  • Evolusi Multilinier : pemikiran untuk menelaah perbedaan dan kemiripan budaya melalui perbandingan antara runtutan perkembangan yang parallel, khususnya pada wilayah – wilayah yang secara geografis jauh terpisah. Menurut Leslie A. White : Evolusi budaya terjadi karena adanya pirani manusia yang berkembang untuk berakomodadi terhadap alam dan budaya mengalami kemajuan.


2. Teori Difusi

        Pada awalnya teori difusi ditujukan untuk memahami difusi dari teknik -teknik pertanian, tetapi pada perkembangan selanjutnya teori difusi digunakan pada bidang-bidang lainnya secara lebih universal. Teori difusi inovasi dari Everret M. Rogers kemudian diformulasikan dalam sebuah buku pada tahun 1962 berjudl “Diffusion of Innovations”, dimana dalam perkembangan selanjutnya menjadi landasan pemahaman tentang inovasi, karakteristik inovasi, mengapa orang-orang mengadopsi inovasi, faktor- faktor sosial apa yang mendukung adopsi inovasi, dan bagaimana inovasi tersebut berproses diantara masyarakat.

     Difusi menekankan pada adanya persebaran (material dan non material) dari satu kebudayaan ke kebudayaan yang lain, dari satu orang ke orang yang lain, serta dari satu tempat ke tempat yang lain, sehingga kebudayaan itu sumbernya dari satu tempat yang kemudian berkembang dan menyebar ke tempat yang lain.


3. Teori Fungsionalisme


            Fungsionalisme adalah penekanan dominan pada antropologi khususnya penelitian  etnografis. Dalam fungsionalisme , kita harus mengeksplorasi ciri sistematik budaya yang artinya kita harus mengetahui bagaimana perkaitan antara institusi- institusi atau struktur -struktur suatu masyarakat sehingga membentuk suatu sistem yang bukat.Para fungsionalisme menyatakan bahwa fungsionalisme merupakan teori tetang proses kultural.


     Fungsionalisme sebagai perspektif teoritik dalam antropologi yang bertumpu pada analogi dengan organisme , artinya ia membawa kita memikirkan sistem sosial - budaya sebagai semacam organisme, yang bagian-bagiannya tidak saling berhubungan melainkan juga memberikan andil bagi pemeliharaan, stabilitas, dan kelestarian hidup”organisme”.


     Dengan demikian dasar penjelasan fungsionalisme ialah asumsi bahwa semua sistem budaya memiliki syarat – syarat fungsional tertentu untuk memungkinkan eksitensinya atau sistem buday memiliki kebutuhan (kebutuhan sosial ala Radcliffe Brown atau bilogis individual ala Malinowski) yang semuanya harus dipenuhi agar sistem itu dapat bertahan hidup. Apabila kebutuhan ssitem fungsionalis itu tidak dipenuhi maka sistem itu akan mengalami disintegrasi dan “mati” atau akan berubah mejadi sisitem lain yang berbeda jenis. Fungsionalisme didasarkan pada pandangan yang melebihkan aspek sosial dan melihat bahwa perilaku manusia merupakan hasil dari sosialisasi yang menentukan seperti apa tindakan sosialnya.


     Fungsionalisme menurut Malinowski memandang istitusi dalam masyarakat (keluarga, politik, pendidikan, analog dengan organisme, dan setiap organ terintegrasi serta saling bergantung. Fungsionalisme tidak untuk mengetahui asal – usul serta perkembangan suatu pranata, tetapi melihat apa fungsinya dalam konteks kehidupan masyarakat.


4. Teori Struktural Fungsionalisme

        Pernyataan parson mengenai teori fungsionalisme structural yang cenderung berkonsentrasi pada struktur – struktur masyaarkat dan dan hubungan mereka satu sama lain. Struktur – struktur itu dilihat saling mendukung dan cenderung ke arah keseimbangan dinamis. Penekanannya terletak pada cara pemeliharaan tatna antara berbagai unsur masyarakat. Parson tidak hanya memerhatikan sistem sosial dalam dirinya tetapi juga hubungan -hubungannya dengan sistem-sistem tindakan lainnya, khususnya sistem budaya dan kepribadian.

        Akan tetapi pandangan dasarnya mengenai hubungan-hubungan intersistemik yang sama dengan pandangan mengenai relasi-relasi intrasistemik, yakni mereka didefinisikan oleh kohesi, consensus, dan ketertiban. Dengan kata lain, struktur- struktur sosial yang beraneka ragam melaksanakan berbagai fungsi positif untuk satu sama lain.


B. Studi Religi

    Menurut Koentjaraningrat, religi merupakan bagian dari kebudayaan yang mengacu pada konsep yang dikembangkan Emile Durkheim mengenai dasar – dasar religi dengan empat komponen dasar yaitu

1.    Emosi keagamaan, sebagai suatu substansi yang menyebabkan manusia menjadi religious.

2.    Sistem kepercayaan yang mengandung keyakinan serta bayangan – bayangan manusia tentang sifat–sifat Tuhan atau yang dianggap sebagai Tuhan serta tentang wujud dari alam gaib.

3.    Sistem upacara religius yng bertujuan mencari hubungan manusia dengan Tuhan, dewa–dewa atau makhluk halus yang mendiami alam gaib.

4.    Kelompok – kelompok religius atau kesatuan – kesatuan sosial yang menganut sistem kepercayaan tersebut.

    Dalam setiap masyarakat memilliki kepercayaan lokal yang merupakan tradisi turun temurun dan dilestarikan dari generasi ke generasi. Salah satu bagian dari kepercayaan lokal yang ada di masyarakat yaitu tradisi sadranan yang ada di Desa Glagah, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten yang merupakan tradisi tahunan masyarakat sebagai bagian dari kegiatan sosial keagamaan yang dilakukan pada saat menjelang Ramadhan atau pada bulan Ruwah (Sya’ban). Tujuan dari tradisi sadranan membersihkan diri sebelum memasuki bulan Ramadhan. Selain itu ada kepercayaan dalam masyarakat bahwa sadranan sebagai bentuk pelestarian tradisi nenek moyang yang pada zaman dahulu dilakukan untuk memberi pemujaan terhadap arwah leluhur.

        Tradisi sadranan diawali dengan membersihkan kubur para leluhur dan kemudian dilanjutkan dengan acara kenduren dengan membawa ambengan oleh setiap warga yang berisi macam – macam makanan, buah dan jajanan pasar dan kemudian  dilanjutkan doa untuk  arwah  leluhur yang telah meninggal dunia agar diterima disisi Tuhan Yang Maha Esa. Setelah doa bersama, ada makan ambengan bersama ditempat diselenggarakannya sadranan dan ada pula yang membawa makanan pulang untuk dimakan bersama keluarga. Dalam tradisi ini banyak masyarakat yang berbondong – bondong untuk ikutserta  meraykan sadranan sekaligus berkumpul dan bersilaturahmi antar tetangga, karena biasanya masyarakat yang merantau akan kembali kampung halaman pada saat tradisi ini dilaksanakan.


C. Analisis

        Tradisi sadranan merupakan fenomena sosial keagamaan dan menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat yang terus dilestarikan. Pelestarian tradisi sadranan masih terus dilakukan karena terdapat kepercayaan dalam masyarakat Desa Glagah, Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten  bahwa sadranan merupakan salah satu cara untuk  menghormati roh nenek moyang dengan mendoakan dan membersihkan makam leluhur. Fenomena sadranan merupakan bagian dari teori fungsionalisme, bahwa fungsionalisme tidak mengetahui asal usul suatu pranata agama, tetapi  melihat bagaimana fungsinya yang terintegrasi dengan kehidupan masyarakat.

        Tradisi sadranan dalam hal ini selain memiliki fungsi untuk menghormati arwah leluhur dengan membersihkan makam leluhur dan berdoa bersama, tradisi sadranan juga berfungsi sebagai sarana untuk bersilaturahmi dan berbagi antar. Hal itu dapat dilihat pada saat acara sadranan setiap warga dari satu rumah yang membawa makanan seperti ambengan, buah-buahan, maupun jajanan pasar yang setelah doa kemudian dimakan bersama dan di bagi bagikan kepada tetangga yang lain yang ikutserta dalam sadranan. Selain itu sadranan juga befungsi sebagai sarana bersilaturahmi karena pada saat sadranan banyak masyarakat yang bekerja di luar daerah akan kembali pulang ke kampung halaman.


PENUTUP


A. Kesimpulan

        Untuk mengetahui teori budaya, kita harus terlebih dahulu mengenali kebudayaan kita sendiri baik budaya asli maupun hasil akulturasi. Setelah itu, kita bisa mulai mengembangkan kebudayaan lokal tanpa campur tangan asing.

        Semoga setelah mengetahui teori budaya ini, kita dapat mengembangkan kebudayaan lokal yang sudah mulai pudar seiring menggerusnya era globalisasi ini. 


B. Saran

        Terkait dengan hal tersebut, kami menyarankan beberapa hal untuk diperhatikan seperti berikut ini :

1. Mengadakan pembelajaran kebudayaan secara lebih insentif.

2. Memberi latihan seni budaya bagi generasi muda.

3. Saya pribadi berharap kritik dan saran dari para pembaca sebagai koreksi untuk saya.




DAFTAR PUSTAKA


Kaplan, David dan Robert. A. Manner.1999.Teori Budaya.Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Ritzer, George.2012.Teori Sosiologi Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Terakhir Postmodern.Yogyakarta:Pustaka pelajar

http://anggindee.blogspot.com/2017/01/pengertian-teori-budaya-dan-akulturasi.html

https://en.wikipedia.org/wiki/Culture_theory

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sang Revolusioner

[UTS No 3] Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Perekonomian Indonesia menggunakan Pendekatan Circular Flow of Income